Reexamination Of Japanese “Southern” Experience

from The 1920s To 1950s

日本人の「南方」経験の再検討

-グローバル時代の新しい歴史像の構築に向けて-

【史料紹介】林芙美子の南方視察と「南の田園」(『報告・論文集』所収)

ソコロワ山下聖美(日本大学 芸術学部 文芸学科 教授)

English ver.

 日本の女性作家・林芙美子(1903~1951)は、第二次世界大戦中の1942年10月末から1943年5月初頭まで、陸軍省報道部より派遣され、南方の日本軍占領地へ赴いた。軍の目的は、「開戦一周年に当たり日本軍南方占領地域に新聞、雑誌記者、女流作家を派遣し、南方での軍政の浸透度などを見聞させ、日本国内向け戦争プロパガンダのために利用」(望月雅彦『林芙美子とボルネオ島 南方従軍と『浮雲』をめぐって』(2008年7月 ヤシの実ブックス)することであった。芙美子は、同行の女性作家たちや新聞記者、雑誌編集者とともに1942年10月31日に広島県宇品港を出港した。
 病院船を装う船に乗り、船室の外に出ることを固く禁じられ、いつ何時、敵の潜水艦に遭遇するかわからない命がけの旅の後、シンガポールに到着する。各自はそれぞれの担当地域へ派遣された。女性作家たちには新聞社、通信社がスポンサーとしてついていた。林芙美子のスポンサーは朝日新聞社であった。約半年の南方滞在において林芙美子が訪問したとされる地域は、現在のシンガポール、マレーシア、インドネシア、フィリピン、台湾、上海、ベトナムなどである。その行程には不明部分が多く、未だ全貌は明らかになっていないが、芙美子自身が持っていた手帳によると、1943年5月9日に日本の羽田に帰着したとみられる。
 戦時中のことであるゆえ資料がままならず、現在に至るまで行程内容が謎に満ちている林芙美子の南方従軍であるが、最大のポイントは、インドネシアという土地だ。南方滞在期間の約三分の二は、ボルネオ島、ジャワ島、スマトラ島、バリなどのインドネシア各地で費やされている。では具体的に、インドネシアにおいて約四ヶ月の間、芙美子が何をしていたかというと、新聞社や日本語学校を訪問したり、現地での体験を雑誌や新聞に寄稿したりと、他の派遣作家と同じような使命をまっとうしていたようだ。ボルネオではとくに「ボルネオ新聞」に深くかかわり、後に短篇「ボルネオ ダイヤ」(初出・「改造」1946年6月号)を描いた。林芙美子の文学は、五感を駆使するという特徴をもつ。自然と人間が豊かな調和を保つボルネオの風土に身を置く体験は、彼女の敏感な五感に満ちた感性に、鮮烈な刺激を与えていく。
 ボルネオ滞在後、芙美子はジャワ島へと戻り、トラワスという小さな村においてホームステイ体験をした。村長宅に宿泊しながら、農村の人々と共に生活する。これはまさに、庶民の視点を大事にする芙美子ならではの仕事であった。
 それにしても、なぜこのような企画がお膳立てされたのか。当時、ジャワという地に日本軍がもっとも期待していたものの一つに〈米〉がある。インドネシアにおける日本の支配が成功するか否かは、米の供給母体である村落社会にかかっている、と言っても良かった。このような背景の中で、トラワス滞在が実現したのではないか。残された手帳やノートには米の出来高などを詳細に記す部分もあり、軍部の意向に沿ってジャワの米に視線をそそいでいた芙美子の姿が見受けられる。
 しかし芙美子は、米だけではなく、米を食べる人間たちにどうしようもなくまなざしをそそいでしまう。それは彼女の作家魂である。ノートには、米の記述とともに、出会った人々の名前から出身地、年齢、家族構成などが細かく記載されており、それらは後にトラワスでの体験を描いた「南の田園」(初出・「婦人公論」1943年9月号、10月号)に生かされていく。南国の小さな村での素朴な暮らしぶり、人々との交流、米を主食とするアジア人の一体感……これらが、トラワスの美しい自然を背景に描かれる「南の田園」は、実に愛情に満ちた紀行文となっている。
 ジャワでの村落体験を終えた芙美子は、スマトラ三千キロ縦断の旅へと出立する。スマトラと言えば、日本軍が欲しくてたまらない資源の宝庫である。芙美子は「スマトラ―西風の島―」(「改造」1943年6月号、7月号)に石油などの資源状況をレポートしつつ、人々に対して深いまなざしをそそいでいく。当時書かれた多くのスマトラ紀行文の中で、旅を共にするインドネシア人ドライバーの名前や家族構成を記すのは芙美子くらいであるのではないか。スマトラにおいても、人間を描く、という彼女の作家魂は健在であった。
 自然と人間が融合するボルネオにおける鮮烈なイメージの享受、ジャワのトラワス村での人情味あふれるホームステイ体験、そして、スマトラのジャングルを行く壮大なアドベンチャー。インドネシアで芙美子が体験したことの意義は大きい。帰国後まもなく雪深い長野での疎開生活に入った芙美子は、自然豊かな南の国での感性の刺激、おおらかで素朴な南国の人々との交流、命がけであったからこそ輝きに満ちた日々を、どれだけ懐かしんだことであろうか。戦争という特殊な状況下で実現された南方視察、そこで繰り広げられた数々の体験は、作家・林芙美子を形成する重要な要素であることに間違いはない。
 
 本誌史料編において、「南の田園」の日本語版、インドネシア語版を共に掲載した。日本版は、戦前に雑誌掲載されて以来の再録となり、インドネシア語による翻訳は初の試みとなる。

以下は、ソコロワ山下聖美「林芙美子の南方視察と「南の田園」」のインドネシア語訳である。訳は、パヌジュ・セノアジ氏によるものである。

訳者紹介:
パヌジュ・セノアジ(Panudju Senoaji)、1973 年スラバヤ生まれ、インドネシア大学日本学科を卒業。現在、フリーランスの日本語インドネシア語の通訳翻訳に従事。

Pengamatan ke Selatan Hayashi Fumiko dan “Alam Pedesaan Negeri Selatan”

Sokolova–Yamashita Kiyomi
Penterjemah:Panudju Senoaji

Penulis perempuan Jepang, Hayashi Fumiko (1903-1951), dari akhir Oktober 1942 sampai awal Mei 1943 selama masa Perang Dunia kedua, dikirim oleh biro penerangan militer Kementrian Angkatan Darat, pergi ke wilayah-wilayah pendudukan tentara Jepang yang berada di wilayah selatan. Tujuan dari militer adalah sebagai berikut, “Tepat satu tahun setelah perang dimulai, dikirim bertugas para jurnalis koran dan majalah, penulis-penulis perempuan ke wilayah-wilayah pendudukan tentara jepang yang berada di wilayah selatan, agar dapat melihat dan mendengarkan sendiri, seperti tingkat keberhasilan penguasaan pemerintah militer atas wilayah selatan, yang digunakan sebagai propaganda perang dan ditujukan buat dalam negeri Jepang”, (Mochizuki Masahiko, “Hayashi Fumiko dan Pulau Borneo, berkenaan seputar ‘Ukigumo’ dan Perang di Selatan”, Juli 2008, Yashinomi Books). Hayashi Fumiko bersama dengan penulis-penulis perempuan, jurnalis koran, dan editor majalah yang seperjalanan berlayar dari pelabuhan Ujina, Provinsi Hiroshima, pada tanggal 31 Oktober 1942.
Naik sebuah kapal yang berfungsi sebagai rumah sakit terapung, mereka dilarang keras keluar dari ruangan kapal, tidak tahu juga kapan waktunya akan berhadapan dengan kapal selam musuh, dan setelah menempuh perjalanan yang penuh mara bahaya kapal tiba di Singapura. Tiap-tiap orang dikirim ke wilayah masing-masing yang menjadi tanggung jawabnya. Para penulis perempuan ini didukung oleh perusahaan koran atau kantor berita sebagai sponsor. Bertindak sebagai sponsor dari Hayashi Fumiko adalah perusahaan koran Asahi Shimbun. Selama kurang lebih setengah tahun Hayashi Fumiko mengunjungi wilayah-wilayah yang sekarang merupakan wilayah-wilayah seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Taiwan, Sanghai, dan Vietnam. Dalam perjalanan tersebut banyak bagian yang kurang jelas, bahkan cerita secara keseluruhan sampai sekarang pun masih belum begitu terang. Menurut buku saku yang dibawa sendiri oleh Hayashi Fumiko, diperkirakan tiba di Haneda pada tanggal 9 Mei 1943.
Oleh karena berada dalam masa kecamuk perang membuat sumber-sumber referensi sangat terbatas, hingga saat ini substansi perjalanan Hayashi Fumiko saat perang di wilayah-wilayah selatan dipenuhi oleh tanda tanya, namun poin terbesarnya adalah tempat yang bernama Indonesia. Dua pertiga dari masa tinggal di wilayah selatan dilewatkan di wilayah Indonesia, masing-masing seperti Pulau Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan Bali. Secara rinci apa yang dikerjakan Hayashi Fumiko selama kurang lebih empat bulan di Indonesia, adalah mengunjugi kantor-kantor surat kabar dan sekolah-sekolah bahasa jepang, menulis pada majalah dan koran tentang pengalaman-pengalaman di wilayah setempat, sepertinya ini merupakan tugas-tugas sama yang diembankan kepada para penulis-penulis perempuan lain yang ikut dikirim. Di Kalimantan terjalin kuat terutama dengan “Borneo Shimbun”, selanjutnya dia menulis cerpen “Borneo Diamond” (Edisi Pertama・(Revisi) Edisi Juni 1946). Karya-karya sastra Hayashi Fumiko mempunyai ciri khas penggunaan apik panca indra. Pengalaman berada di lingkungan alam Borneo yang menjaga keharmonian antara alam semesta dan manusia, makin mempertajam daya peka panca indranya yang sangat sensitif.
Setelah tinggal di Kalimantan, Hayashi Fumiko kembali ke Pulau Jawa, mencoba pengalaman tinggal bersama dengan sebuah keluarga (homestay) di sebuah desa kecil di Trawas. Sambil tinggal di kediaman seorang camat, hidup bersama-sama dengan orang-orang desa. Ini merupakan pekerjaan yang tepat dan sesuai bagi Hayashi Fumiko yang mengutamakan sudut pandang rakyat biasa.
Namun demikian mengapa diatur rencana yang seperti ini? Pada masa itu, wilayah Jawa oleh pemerintah militer Jepang yang paling diharapkan sebagai salah satu lumbung padi. Dapat juga dikatakan, berhasil tidaknya Jepang menguasai Indonesia, terletak pada masyarakat pedesaan yang merupakan sumber utama penyedia beras. Dengan latar belakang seperti ini, apakah memang dapat diwujudkan dengan tinggal di Trawas? Pada buku saku dan catatan yang tersisa, ada bagian-bagian yang menuliskan perincian seperti jumlah hasil panen padi, sosok Hayashi Fumiko dianggap dapat memberikan titik pandang pada masalah beras di Jawa sepanjang dikehendaki oleh pihak militer.
Akan tetapi tidak hanya beras, Hayashi Fumiko juga mencurahkan perhatian pada manusia yang mengkonsumsi beras. Itu merupakan semangat jiwa kepenulisannya. Dalam catatan, yang terangkum bersama dengan ulasan-ulasan tentang beras, juga tertuang hal-hal secara mendetil mulai dari nama-nama orang yang dijumpai, tempat asal, usia, susunan keluarga. Semua itu selanjutnya, dihidupkan dengan menuliskan pengalaman di Trawas dalam “Alam Pedesaan Negeri Selatan” (Edisi Pertama・’Fujin Koron ’ edisi Oktober, 1943). Selama hidup sederhana di sebuah desa kecil di negeri selatan, berkomunikasi dengan orang-orang, atau rasa kebersamaan sebagai orang Asia yang makanan utamanya adalah beras…..ini semua, yang ditulis dengan latar pemadangan indah alam Trawas seperti dalam “Alam Pedesaan Negeri Selatan”, menjadi tulisan-tulisan perjalanan yang sungguh dipenuhi oleh rasa cinta kasih.
Hayashi Fumiko mengakhiri pengalaman hidup di desa Jawa, berangkat melanjutkan perjalanan ke Sumatra yang berjarak tiga ribu kilometer. Bicara tentang Sumatra, adalah gudang harta karun hasil sumber alam yang menggiurkan dan sangat diinginkan oleh militer Jepang. Hayashi Fumiko dalam ”Sumatra―Pulau Angin Barat― ” ( ‘Revisi’ Edisi Juni dan Juli 1943 ) sambil menuliskan laporan-laporan tentang keadaan sumber alam seperti minyak tanah, juga menunjukkan minat yang tinggi terhadap masyarakat. Dalam banyak catatan perjalanan di Sumatra yang ditulis pada saat itu, menuliskan nama supir orang indonesia yang ikut bersama dalam perjalanan dan susunan keluarga, bukankah itu khas Hayashi Fumiko saja. Sekalipun di Sumatra, semangat jiwa kepenulisannya dalam mengabadikan manusia lewat tulisan-tulisan sangat besar.
Memperoleh gambaran nyata Borneo yang memadukan alam semesta dan manusia, pengalaman homestay di desa Trawas yang penuh kehangatan, dan selanjutnya petualangan menakjubkan pergi ke hutan-hutan Sumatra. Arti penting dari pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh Hayashi Fumiko di Indonesia sangat besar. Setelah kembali pulang ke Jepang, Hayashi Fumiko melewatkan hidup dalam penampungan di wilayah Nagano yang banyak turun salju, membuatnya begitu sangat merindukan alam negeri selatan yang penuh tantangan, hubungan antar manusia yang sederhana dan apa adanya, dan hari-hari yang gerlap gemilang justru karena penuh dengan mara bahaya. Pengamatan ke Selatan yang diimplementasikan dalam suatu keadaaan khusus seperti peperangan dan berkali-kali pengalaman yang berlangsung disana, tidak dapat disangkal merupakan unsur utama terpenting yang membentuk Penulis Hayashi Fumiko.
Dalam kumpulan bahan-bahan makalah penelitian ini, “Alam Pedesaan Negeri Selatan” versi bahasa jepang ditampilkan bersama dengan versi bahasa indonesia. Versi bahasa jepang, adalah cetakan ulang yang pernah terbit di majalah sejak masa sebelum perang, sedang versi terjemahan dalam bahasa indonesia adalah percobaaan terjemahan yang pertama.

カテゴリー
 
 
Copyright 2021© Reexamination Of Japanese “Southern” Experience from The 1920s To 1950s